Pertanyaan senada adalah : Apakah benar jodoh kita sudah ditetapkan oleh Allo? Namun ada juga yang mengatakan jodoh harus diusahakan. Jadi mana yang lebih benar? Jika memang kita harus mengusahakan, sampai batas mana yang diijinkan oleh Syara', apakah do'a kita saja sudah dikatakan sebagai usaha yang mencukupi?
Analogi soal jodoh adalah rezeki, keduanya adalah rahasia Alloh untuk kita. Bedanya, rezeki bisa kita peroleh berkali-kali, sehingga untuk jodoh tak sesering itu bahkan mungkin hanya sekali seumur hidup.
Konsepnya : rezeki itu ada 2 macam, yaitu rezeki yang kita cari/usahakan dan rezeki yang mengejar/mendatangi kita. Kita sebagai manusia hidup, terutama para pemimpin rumah tangga, harus berusaha mencari rezeki yang halal, berkah, dan cukup untuk seluruh keluarga dan tanggungannya. Usahanya ini dinilai oleh Alloh dan diberi pahala sebaik usahanya. Namun sebenarnya rezeki yang datangnya kepadanya adalah rezeki yang sudah ditentukan Alloh, apakah termasuk yang dia usahakan atau yang sama sekali tak dia usahakan. Jadi, dicari atau tidak, dikejar atau tidak, InsyaAlloh rezeki datang dengan jumlah sama dengan ketentuan Alloh dari awal.
Soal jodoh juga demikian, siapa, kapan, dan dimana sudah pasti. Bagaimanapun usaha yang kita tempuh, apakah dengan cara yang baik atau buruk, pasti akan bertemu dengan jodoh yang sudah dipilih-Nya. Jadi kesimpulannya, usaha manusia berguna untuk mengumpulkan poin pahala atau malah poin dosa, sedangkan urusan hasil adalah milik Alloh semata.
Jika demikian, maka bila kita tidak mengusahakan jodoh (dan rezeki) maka pahala yang kita kumpulkan tidak sebanyak yang kita usahakan secara ma'ruf (baik), namun keuntungannya kita bisa terhindar dari resiko berdosa jika usaha yang kita lakukan itu tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar